Mungkinkah menerapkan sistem Finansial Islami?

pilih-pemimpin-saleh1Krisis finansial yang mengguncangkan dunia sejak tahun lalu, membuat banyak pihak berharap tercipta sistem ekonomi baru yang lebih terregulasi dan adaptif. Sebab, sistem ekonomi yang ada sekarang tidak terprediksi dan membawa dunia ke jurang krisis finansial yang lebih parah ketimbang krisis ekonomi di dekade 1920-an. Karena itu, negara-negara Eropa membentuk new Bretton Woods Institution sebagai langkah awal menciptakan tatanan ekonomi baru dunia yang lebih stabil dan strategi ini digunakan juga untuk menghadapi krisis yang tengah terjadi. Sedangkan Amerika Serikat (AS) lebih memilih strategi klasik untuk menstabilkan ekonomi dalam negerinya, yakni merkantilisme.

Solusi yang ditawarkan negara-negara Uni Eropa dan AS tampaknya belum mampu memperbaiki masalah paling krusial dalam sistem finansial ekonomi global. Belum mampu memperbaiki arsitektur finansial global yang selama ini bertumpu pada konsep-konsep kapitalisme yang sudah rusak dan menghasilkan banyak kontradiksi. Lantas, sistem ekonomi seperti apa dapat menjadi solusi? Banyak negara mencoba menjawabnya dengan membentuk banyak forum internasional. Salah satunya World Islamic Economic Forum (WIEF).

Awal Maret lalu, WIFE ke-5 digelar di Jakarta. Forum ini menegaskan keinginan Dunia Islam untuk membawa spirit ekonomi Islam menjadi sistem ekonomi alternatif. Perwakilan dari negara-negara Islam berkumpul membicarakan masalah itu, meski secara umum forum ini bertemakan food security dan energy security. Ada sejumlah diskusi menarik membahas topik bagaimana sistem finansial Islam menjadi jawaban bagi krisis akibat gagalnya sistem finansial konvensional.

Sistem finansial Islam sebagai Solusi

Salah satu prinsip sistem finansial Islam adalah tidak diperbolehkannya perdagangan barang yang memiliki elemen ketidakpastian dalam proses transaksinya. Hal ini dilarang karena memunculkan spekulasi yang mengarah pada eksploitasi sistem keuangan. Sistem finansial konvensional sangat rentan terhadap eksploitasi seperti itu. Produk-produk derivatifnya sangat memiliki potensi ketidakpastian dalam proses transaksinya, apalagi tidak berhubungan langsung dengan aktivitas ekonomi riil di masyarakat. Seharusnya, aktivitas ekonomi berhubungan dengan aset riil. Sedangkan produk-produk derivatif yang memiliki ketidakpastian iitu, sama sekali tidak memiliki dampak dalam aktivitas ekonomi riil masyarakat.

Perbedaan lain sistem finansial Islam dari sistem konvensional adalah adanya larangan penetapan bunga. Salah satu pemicu terjadinya krisis subprime mortgage adalah sistem hutang dalam ekonomi konvensional. Sebuah produk dapat diagunkan satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan bunga, dan pihak lain tersebut menggunakan produk yang sama untuk dianggunkan pada pihak lain lagi dengan menggunakan bunga pula. Hal ini membuat nilai produk tersebut melampaui nilai riilnya. Itulah sebabnya Islam mengharamkan penggunaan bunga dalam praktek pinjam meminjam. Islam lebih mengutamakan investasi melalui mekanisme mudharabah (investasi dimana kedua belah pihak perpartisipasi dalam modal dan risiko).

Karakteristik yang lain dari sistem finansial Islam adalah penghargaan terhadap nilai-nilai humanisme. Kegiatan ekonomi harus diletakkan dalam konteks human relations dan social relations. Seseorang tidak dapat mengeksploitasi orang lain atas dasar pencarian keuntungan semata. Keadilan dan kejujuran adalah nilai dasar yang melandasi kegiatan ekonomi. Inilah yang menjadi tujuan dari sistem finansial Islam.

Namun, beberapa pengamat melihat sistem finansial Islam masih sangat tertinggal jauh dari sistem finansial konvensional. Pendapat ini merujuk pada lambatnya perkembangan perbankan syariah. Bahkan ada pengamat yang menilai, sistem finansial Islam hanya simbolisasi Islam atas sistem konvensional. Artinya, tidak ada bedanya dari sistem konvensional. Terlepas dari raguan itu, ada nuansa harapan masyarakat dunia agar sistem ini bisa menjadi alternatif bagi aktivitas ekonomi dunia.

Menyelesaikan Pekerjaan Rumah

Hadir sebagai pengamat di WIEF, saya melihat bahwa krisis saat ini adalah momen bagi sistem finansial Islam untuk muncul sebagai salah satu alternatif solusi. Sudah seharusnya para stakeholder sistem finansial Islam mengambil kesempatan ini. Tapi, untuk mengambil kesempatan emas ini, ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Pertama, bagaimana menciptakan generasi yang paham akan sistem ini? Kedua, bagaimana meyakinkan umat Islam bahwa sistem finansial Islam layak menjadi alternatif bagi masa depan perekonomian kita? Bagi saya, kedua permasalahan itu bermuara pada satu kata kunci: pendidikan.

Pertama, kita harus menyiapkan sumber daya manusia yang peduli terhadap sistem finansial Islam dan sistem perbankannya. Pendidikan tinggi harus menjadi prioritas. Sampai sekarang banyak mahasiswa kita memiliki pengetahuan tentang perbankan syariah yang sangat minim. Kita bisa belajar dari Malaysia yang semenjak 1980-an sudah melihat pentingnya edukasi mengenai sistem finansial Islam bagi para mahasiswanya. Malaysia, dengan bantuan dana dari IDB, membentuk International Islamic University Malaysia (IIUM). Sekarang IIUM telah menjadi pusat bagi studi sistem finansial Islam. Di Indonesia, pusat pendidikan ekonomi Islam bertaraf internasional seperti IIUM, belum ada.

Sekarang Malaysia adalah negara yang sangat serius mengembangkan sistem finansial Islam. Mereka dapat melihat peluang modal dari negara-negara Timur Tengah yang sangat liquid akibat tingginya harga minyak dunia beberapa waktu lalu. Pasar potensial ini terus mereka garap. Untuk itu mereka menciptakan aristekur sistem finansial Islam jauh hari sebelum Indonesia melirik sistem alternatif ini. Meski populasi Muslim hanya 60%, orang Malaysia melihat sistem finansial Islam sebagai masa depan ekonomi mereka. Sekarang saja Malaysia telah berinvestasi untuk sistem mata uang Dinar. Sebagian kecil dari transaksi perdagangan internasional mereka, dilakukan dengan menggunakan Dinar. Hal ini memperlihatkan kerja keras Malaysia menciptakan perekonomian berbasis Islam.

Kita sebagai bagian dari masyarakat Islam Indonesia yang concern terhadap pengembangan sistem finansial Islam, harus berusaha lebih keras lagi meyakinkan umat Islam Indonesia untuk memilih perbankan Islam sebagai pilihan utama mereka. Kita tidak bisa hanya bertumpu pada bantuan struktural pemerintah atau fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Harus ada usaha kolaboratif untuk membawa ekonomi berbasis Islam lebih familiar di telinga masyarakat kita. Sekarang, infrastruktur untuk pengembangan sistem finansial Islam sudah cukup stabil. Negara kita telah memiliki peraturan yang mengatur mengenai penerapan sistem finansial Islam. Terlebih lagi, telah ada direktorat tersendiri di Bank Indonesia yang mengatur mengenai perbankan Islam.

Pemerintah telah memberi kemudahan, kini saatnya giliran kita mengembangkan sistem alternatif ini dengan memanfaatkan segala sumber daya yang telah ada. Infrastruktur yang sudah ada tidak akan banyak berguna, tanpa partisipasi masyarakat. Tanpa kita sadari, permasalahan utama dalam mengembangkan sistem finansial Islam adalah umat Islam sendiri yang belum memahami betapa pentingnya perekonomian berbasiskan nilai-nilai Islam. Tugas kitalah untuk mengedukasi masyarakat akan hal itu.

Saya mengamati ada beberapa masalah pendidikan yang membuat masyarakat kita masih terlihat mengabaikan sistem finansial Islam. Pertama, adanya dominasi literatur-literatur ekonomi konvensional yang mempengaruhi cara berpikir para pelaku ekonomi kita. Ini menjadi tantangan yang tidak mudah. Apalagi, sistem ekonomi konvensional telah jauh lebih dulu menjadi bagian aktivitas ekonomi masyarakat kita. Bahkan, sejak pasca Perang Dunia Kedua, melalui Perjanjian Bretton Woods, sistem ini telah mendunia dan menggurita.

Kedua, belum ada representasi ideal negara yang sukses menerapkan sistem finansial Islam. Ketiadaan success story membuat sebagian kalangan ragu. Apalagi jika ada praktik penerapan sistem finansial Islam yang membuat sebagian masyarakat tidak puas.

WIEF memberi peluang bagi negara-negara Muslim seperti Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya. Harus ada kolaborasi negara-negara yang sudah maju infrastruktur ekonomi Islamnya untuk sharing knowledge sehingga negara-negara Muslim yang sedang berkembang secara ekspansif dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kita berharap dari sharing knowledge ini akan tersebar success story penerapan sistem ekonomi Islam. Langkah selanjutnya adalah menunggu saat yang tepat untuk menyatukan semua success story itu menjadi sebuah fakta baru bahwa ada alternatif selain sistem finansial konservatif bagi tata ekonomi dunia. Apalagi saat ini negara-negara G-20 tengah berusaha menciptakan paradigma baru sistem ekonomi yang berbasis pada real asset financing dan real asset investing. Ini angin segar tiada duanya bagi sistem keuangan Islam untuk ditawarkan menjadi paradigm of the new world economic order. Bukankah hakikat sistem finansial Islam adalah real asset financing dan real asset investing?

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia sudah seharusnya bergegas untuk melakukan transisi menuju sistem finansial yang jauh lebih adil dan mensejahterakan. Namun, perlu ada hibridasi antara regulasi yang dibuat oleh pemerintah dalam mengatur sistem finansial dengan regulasi dalam kegiatan riil ekonomi di masyarakat. Hal ini penting sebagai langkah awal untuk memastikan bahwa transisi menuju alternatif model finansial Islam tidak mengakibatkan kekacauan bagi aktivitas perekonomian yang sedang berlangsung. Tanpa adanya transisi, sistem finansial Islam tidak akan pernah menjadi alternatif dan punya kesempatan untuk diterapkan secara berkelanjutan. Saat ini yang kita butuhkan adalah political will, baik dari pemerintah maupun pihak-pihak yang terkait untuk menginisiasi dan menyelesaikan proses transisi gradual bagi teraplikasikannya sistem finansial Islam dalam aktivitas ekonomi kita.

0 komentar:

Posting Komentar

midason creative product. Diberdayakan oleh Blogger.

Midason Website Translator

Sebarkan Kebaikan

Bila ada manfaat dalam tulisan di blog ini, silahkan share ke teman. Klik link di bawah (Share It). Thanks

IKRAR PERJUANGAN

Siapa yang banyak tertawa, wibawanya merosot. Siapa yang banyak bercanda, niscaya diremehkan. Siapa yang banyak bicara, banyak dustanya. Siapa yang banyak dustanya, Siapa yang sedikit malunya, tipis wara'nya. Siapa yang tipis wara'nya, mati hatinya. Mulailah sekarang juga untuk melangkah..... menuju tujuan Anda.... meskipun selangkah demi selangkah, tetapi akan membawa Anda ke tujuan... namun pastikan arah yang Anda tempuh benar... Pastikan Setiap Detik Hidup Anda Bertambah Ma'rifah. Baik Mengenal Allah (Ma'rifatullah), Rasulullah, Al-Islam, Al-Qur'an, Insan, Bisnis, Politik, Da'wah dan Jihad. Itulah Cara yang Sesungguhnya.

Jalan Menuju Surga

Jalan Menuju Surga
Ikutilah...!

About Me..!

Foto saya
Smart Muslim and Profesional !!!

midason program

midason program
Mari mendesain n berkreasi Secanggih mungkin untuk ketinggian Islam!!!

CONTACT PERSON

  • 085645848885

Followers

DATA PENGUNJUNG