Memasyarakatnya Kaum Homo

Musdah Mulia : “Tidak ada perbedaan antara lesbian dan tidak lesbian. Dalam pandangan Allah, orang-orang dihargai didasarkan pada keimanan mereka”

"Sampai berjumpa di Neraka!'' Demikian biasanya ucapan terakhir tokoh jahat sebelum terbunuh. Bila kaum Nabi Luth diijinkan balik lagi barang sedetik dua detik ke dunia, niscaya mereka pun akan ngomong begitu kepada Siti Musdah Mulia. Pasalnya, wanita ini terang-terangan mempromosikan kelakuan bejat kaum Nabi Luth yang telah dibinasakan Allah SWT.

Dalam Dialog Publik yang bertema “Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin dan Sikapnya Terhadap Lesbian Gay Biseksual & Transeksual (LGBT)” di Jakarta, 27 Maret lalu, Musdah menakwil secara ngawur Surat al-Hujurat ayat 3. Dia bilang, semua laki-laki dan perempuan sama, tak peduli etnis, kekayaan, posisi-posisi sosial, bahkan orientasi seksualnya.

Tidak ada perbedaan antara lesbian dan tidak lesbian. Dalam pandangan Allah, orang-orang dihargai didasarkan pada keimanan mereka,” simpul wakil LSM Indonesia Conference of Religions and Peace ini sembari mengutip al-Hujurat ayat 3.

Edan tenan! Tapi menurut Ketua MUI, Adian Husaini MA, itu tak terlalu meng-herankan mengingat rekam jejak intelek-tual Sang Profesor. ''Sejak awal, cara berpikir Musdah Mulia sudah kacau. Dia seenaknya sendiri mengubah-ubah hukum Islam, untuk disesuaikan dengan cara pandang dan cara hidup Barat,'' kata Adian.

Tak aneh pula, jika pada Hari Perem-puan Dunia 8 Maret 2007, Musdah Mulia menerima penghargaan International Women of Courage dari Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice di Washington. Ia dianggap wanita Asia ''pemberani''. Misalnya, dengan biaya 6 Milyar dari The Asia Foundation, dia menyusun draft Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) pada 2004. Diantara isi draft CLD-KHI itu adalah: pernikahan bukan ibadah, perempuan boleh meni-kahkan dirinya sendiri, poligami haram, boleh nikah beda agama, boleh kawin kontrak, ijab kabul bukan rukun nikah, dan anak kecil bebas memilih agamanya sendiri.

Juga jangan heran, bila Musdah Mulia akan tenang-tenang saja meskipun disebut sebagai ''antek kaum Nabi Luth''. Ia dengan sadar memang sudah siap menerima resiko atas perilaku ugal-ugalannya. Bukan tak mungkin suatu saat Musdah akan melampaui ''prestasi'' Salman Rushdie atau Geertz Wilders sekalipun. Inilah tipe-tipe orang sakit yang obsesif dan menghalalkan segala cara untuk dapat terkenal. Dalam Bahasa Betawi: Biar slebor asal sohor.

"Pemahaman saya sering dicap terlalu kebarat-baratan dan saya tidak akan terkejut, sekembali dari Amerika Serikat, saya akan dicap sebagai antek Amerika," katanya setelah menerima upeti dari Condoleezza Rice.

Jelas, ulah Musdah menjadi umpan gurih untuk memelintir ajaran Islam. Lihat saja bagaimana Harian The Jakarta Post mengekspos ucapan dia soal sek-sualitas tadi. Edisi Jumat (28/3/2008) koran ini memajang headline berbunyi: Islam 'recognizes homosexuality' (Islam mengakui homoseksualitas). Penulisan judul di halaman depan seperti itu seolah menunjukkan bahwa pernyataan ngawur tersebut adalah ajaran Islam. Bukan sekadar omongan seorang Musdah.


Grand Strategy

Kelakuan Musdah dan The Jakarta Post tadi, merupakan bagian dari strategi besar gerakan kaum hombreng di Indo-nesia untuk mencapai tujuannya. Seba-gaimana disebutkan dalam buku Indah-nya Kawin Sesama Jenis (halaman 15), strategi gerakan untuk melegalkan per-kawinan homoseksual di Indonesia adalah:

  1. (1) Mengorganisir kaum homo-seksual untuk bersatu dan berjuang merebut hak-haknya yang telah dirampas oleh negara,
  2. (2) memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa apa yang terjadi pada diri kaum homoseksual adalah sesuatu yang normal dan fithrah, sehingga masyarakat tidak mengucilkan-nya bahkan sebaliknya, masyarakat ikut terlibat mendukung setiap gerakan kaum homoseksual dalam menuntut hak-haknya,
  3. (3) melakukan kritik dan reak-tualisasi tafsir keagamaan (tafsir kisah Luth dan konsep pernikahan) yang tidak memihak kaum homoseksual,

(4) menyuarakan perubahan UU Perkawinan No 1/1974 yang mendefinisikan per-kawinan harus antara laki-laki dan wanita.

Menurut dedengkot hombreng Indonesia, DR Dede Oetomo, "perjuangan" kaum gay menempuh beberapa tahapan. Seperti dikutip Gatra edisi 4 Oktober 2003, gembong Yayasan Gaya Nusantara yang juga dosen Universitas Airlangga, Surabaya, ini, menyebutkan, fase gerak kaum homo dari underground hingga terang-terangan.

Di masa ngumpet, tempat ngumpul mereka misalnya di Heaven Club, sebuah diskotek khusus gay di kawasan Dharma-wangsa Square, Jakarta Selatan. Setiap Rabu malam, di sini digelar Brandy Bunch. “Brandy” adalah istilah gaul untuk kata “brondong”, yang artinya ABG belia. Karenanya Brandy Bunch acap disebut Campus Gay Night, yang berlangsung se-jak 2002 dan diresmikan pada 27 Oktober 2003.


Lewat TV
Sementara itu, sosialisasi homo terus digencarkan. Misalnya secara halus melalui pemutaran film seri Teletubbies. Film boneka karya Anne Woods dan Danrew Davenport ini pertama kali mun-cul di Inggris tahun 1995, dan di sini diputar oleh Indosiar.

Menurut Jerry Falwell dalam artikel-nya di National Liberty Journal (Feb-ruari 1999), Television in the tummy of the babies yang diperankan empat boneka gendut bernama Tinky-Winky (berwarna ungu), Dipsy (hijau), Laa-Laa (kuning), dan Po (merah), membawa misi homoseksualitas lewat tokoh Tinky-Winky. "Tinky-Winky berwarna ungu, warna kebanggaan kaum gay dan mem-punyai antena segitiga terbalik di kepalanya yang adalah simbol kebang-gaan gay," ungkap Falwell. Majalah Time edisi 12 Oktober 1998 menyebutkan, tas atau dompet merah yang ditenteng Tinky-Winky adalah identitas kaum gay Inggris.

Perilaku si Ungu memang slebor. Dia tokoh laki-laki, tapi suka bunga, mem-bawa dompet merah, juga suka menari dan menyanyi serta berebut rok dengan Po. Dan yang tak ketinggalan: berpe-lukaaan.

Misi siaran Teletubbies, seperti dise-butkan Berit Kjos di situs Edutainment: "Secara tidak disadari, anak-anak diben-tuk Teletubbies untuk bisa menerima kelainan-kelainan perilaku seksual seperti biseksual, homoseksual, dan lesbian sebagai sesuatu yang wajar.''

Sekarang, di televisi, kaum homo mendapat panggung promosi yang luas. Tessy, Dorce, Irfan Hakim, Ivan Guna-wan, Eko Patrio, adalah sebagian seleb populer yang biasa mendakwahkan laki-laki kemayu. Sejumlah musisi lelaki pun tak sungkan memakai gelang, kalung, anting, atau tindik. Entah, apakah mereka juga hombreng seperti seleb manca semisal George Michael, Elthon John, Mickey Rourke, Bob Geldof, Nono Ex-treme, Prince, David Bowie, Kenny G serta Michael Bolton.

Kini, menurut klaim Kelompok Arus Pelangi, di sejumlah tempat di Indonesia, perilaku homoseks sudah diterima dan diakui. “Kita mengetahui bahwa di Pono-rogo (Jawa Timur) telah ada pengakuan homoseksualitas,” ujar pemimpin Arus Pelangi, Rido Triawan. Arus Pelangi adalah LSM tempat mangkalnya kaum lesbian, gay, bisexual, dan trans-gender (LGBT).

Merujuk pada buku Javanese Lives: Women and Men in Modern Indonesia Society (1991) karya Walter L William, dalam budaya Jawa awam, homoseksual sering diterima sebagai hal yang lumrah. Buku ini berisi 27 riwayat hidup wanita dan pria Jawa hombreng dari berbagai kalangan.
Produk-produk kampanye ''Sipilis'' pun semakin gencar mempromosikan homoseksualitas. Misalnya lewat situs JIL, tulisan anak-anak ''Sipilis'' UIN, juga Majalah Syir'ah yang rajin membagus-baguskan kebejatan.

Gerakan homo pun merambah wila-yah politik. Ditandai dengan isu yang digelindingkan Partai Rakyat Demokratik (PRD) bahwa kepentingan kaum gay perlu terwadahi di legislatif. Dalam manifesto-nya sendiri, PRD mencantumkan "hak-hak homoseksual dan transeksual". Alasannya, komunitas ini sudah cukup banyak. Belum lama ini, sosok waria pun sudah berani mencoba untuk ikut fit and proper test di Gedung DPR.

Sampai saat ini, tidak ada angka pasti berapa jumlah homo di Indonesia. Tapi, pada tahun 2003 saja, klaim hasil survei Yayasan Pelangi Kasih Nusantara (YPKN) LSM yang bergerak dalam pencegahan penyakit HIV/AIDS di kalangan homoseks menyebut adanya 4000 hingga 5000 orang homo di Jakarta. Sedangkan Gaya Nusantara memperkirakan, 260.000 dari enam juta penduduk Jawa Timur adalah homo. Bahkan Dede Oetomo memperkirakan secara nasional jumlahnya telah mencapai sekitar 1 % dari total penduduk Indonesia.

Menurut Dede Oetomo, gerakan homo memasuki fase semifinal bila regulasi perkawinan (UU Perkawinan No 1/1974) bisa didobrak sehingga melegalkan perkawinan homo.

Diam-diam, praktik perkawinan homo sendiri sudah dimulai pada 2003. Bertempat di Planet Pyramid, restoran ternama di Jalan Parangtritis, Yogyakarta, pada 6 September 2003 pasangan hombreng William Johanes (59, Belanda) dan Philip Iswardono (37, Indonesia) melangsungkan perkawinan.

Sebelumnya, pasangan homo Dr Mamoto Gultom (41) dan Hendy M. Sahertian (30) telah bertunangan pada 7 November 1999. Mereka kemudian hidup serumah di kawasan Pondok Gede. Rumah itu sekaligus markas Yayasan Pelangi Kasih Nusantara (YPKN), yang bergerak dalam pencegahan penyakit HIV/AIDS di kalangan homoseks.

Pada Senin, 13 Juni 2005, pukul 08.30 WIB, acara Good Morning Trans TV menampilkan wanita lesbi bernama Agustin. Ia mengaku sudah 13 tahun hidup bersama pasangan lesbong-nya. Agustin yang kini pekerja di LSM Koalisi Perempuan Indonesia, ingin jujur dan mengimbau masyarakat bisa memahami dan menerimanya. Praktik hubungan seksual dan perkawinan sesama jenis, katanya, adalah sesuatu yang baik. Omongannya dibenarkan seorang psi-kolog wanita narasumber TransTV yang mengatakan bahwa homoseksual dan lesbian bukan praktik yang abnormal, tetapi merupa-kan orientasi dan praktik seksual yang normal.

Pernikahan anak manusia yang ab-normal seperti itu niscaya akan semakin banyak, seiring bertambahnya pelaku dan korban homo. Dan, tuntutan regulasi bakal semakin mereka desakkan atas nama konstituen.

Empat tahun lalu misalnya, Ulil Abshar Abdalla bersekongkol mener-bitkan siaran pers bersama LSM Pelangi (Perhimpunan Lesbian dan Gay Indo-nesia) di Kantor YLBHI Yogyakarta, untuk meminta pembuatan UU khusus bagi perlindungan lesbian dan gay.

Siti Musdah Mulia, kini melanjutkan dengan berusaha mendobrak ajaran asasi Islam mengenai seksualitas manusia. Entahlah, apa dia juga sudah jadi lesbong, atau baru ''karaoke'' (kanan-kiri oke). Yang jelas, dia menjadi pujaan Lia Aminudin.

Lia si Ratu Eden yang mendekam di Rutan Pondok Bambu 4 lantaran bertingkah edan, pada April 2006 menggores ''Puisi untuk Siti Musdah Mulia''. Bunyinya antara lain: Ketera-ngan-keteranganmu, alirkan niscaya hanya untuk keadilan beragama/ Bab-bab yang kautuliskan, hanya berisi ayat-ayat suci perdamaian/Aduhai Musdah, tiba-tiba kau menjadi sahabat kami /Tentu, Anda adalah rahmat bagiku. [aya hasna/suara-islam.com]

Tabloid Suara Islam EDISI 42, Tanggal 18 April - 1 Mei 2008 M/11 - 24 Rabiul Akhir 1429 H

0 komentar:

Posting Komentar

midason creative product. Diberdayakan oleh Blogger.

Midason Website Translator

Sebarkan Kebaikan

Bila ada manfaat dalam tulisan di blog ini, silahkan share ke teman. Klik link di bawah (Share It). Thanks

IKRAR PERJUANGAN

Siapa yang banyak tertawa, wibawanya merosot. Siapa yang banyak bercanda, niscaya diremehkan. Siapa yang banyak bicara, banyak dustanya. Siapa yang banyak dustanya, Siapa yang sedikit malunya, tipis wara'nya. Siapa yang tipis wara'nya, mati hatinya. Mulailah sekarang juga untuk melangkah..... menuju tujuan Anda.... meskipun selangkah demi selangkah, tetapi akan membawa Anda ke tujuan... namun pastikan arah yang Anda tempuh benar... Pastikan Setiap Detik Hidup Anda Bertambah Ma'rifah. Baik Mengenal Allah (Ma'rifatullah), Rasulullah, Al-Islam, Al-Qur'an, Insan, Bisnis, Politik, Da'wah dan Jihad. Itulah Cara yang Sesungguhnya.

Jalan Menuju Surga

Jalan Menuju Surga
Ikutilah...!

About Me..!

Foto saya
Smart Muslim and Profesional !!!

midason program

midason program
Mari mendesain n berkreasi Secanggih mungkin untuk ketinggian Islam!!!

CONTACT PERSON

  • 085645848885

Followers

DATA PENGUNJUNG